Ketika Pengaturan Skor di Sepakbola Indonesia Menjadi Tradisi

Sepakbola adalah sebuah olahraga. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan. Namun ketika olahraga sepakbola sudah menjadi ajang pertandingan, unsur olahraga menjaga kesehatan sudah dianggap kabur. Olaharaga sepakbola dianggap sudah menjadi pekerjaan. Pasalnya, setiap pertandingan, para pemain memiliki beban mental dan fisik tersendiri untuk memenangkan. Mereka melewati beberapa proses yang bisa membuat stress.

Karena olahraga sepakbola sudah menjadi sebuah pertandingan yang memiliki resiko menang dan kalah, hal ini bisa menimbulkan banyak permasalahan. Banyak para pemain yang saling berkelahi walaupun masih terkontrol. Hal yang sudah menjadi pemandangan biasa adalah tawuran antar supporter yang melibatkan banyak jumlah masa. Tidak lupa ketinggalan, para pejudi yang tidak ingin mendapatkan label “kalah” memainkan peran dalam olahraga sepak bola. Bagaimana sponsor yang bertanggungjawab dalam biaya para klub? Para sponsor ingin klub-nya menjadi pemenang laga agar brand sebuah produk terangkat.

Masing-masing klub sepakbola sama-sama ingin sebuah kemenangan dan menolak kekalahan. Mengapa? Ini urusannya bukan persoalan harga diri saja tetapi sudah masuk dalam sisi finansial. Ya, sudah jamak dijetahui bahwa olahraga sepakbola menjadi kepentingan indrustri. Karena itu segala upaya kemenangan harus ditempuh. Tragisnya, sebagian cara dilakukan dengan cara negatif. Salah satunya adalah pengaturan skor. Ada mafia yang melakuakn pengaturan skor demi sebuah kemenangan dan lainnya

Tentunya, pengaturan skor sudah terjadi di Indonesia dengan beberapa kepentingan. Apakah di klub-klub di negara lain pernah melakukan pengaturan skor? Entah lah. Yang jelas, di Indonesia, masalah pengaturan skor sudah menjadi yang biasa alias bukan kasus baru yang baru-baru ini terjadi. Tragisnya, pengaturan skor ini ada yang menyangkut timnas Merah-Putih.

Contoh kasus pengaturan skor yang sudah terjadi dan terungkap adalah kasus pemain legendaris Makasar bernama Ramang. Ia bersalah karena terlihat dalam pengaturan skor di kejurnas PSS 1961, kasus lama. Sanksi yang diberikan untuknya adalah tidak boleh tampil seumur hidup.

Menyoroti Sepakbola gajah' PSS Sleman vs PSIS Semarang

Apakah anda inget “sepakbola gajah”? yang pernah terjadi pada PSS Sleman dan PSIS Semarang pada tahun lalu? Pecinda bola pasti tahu mengenai kasus ini karena mereka melihat perkembangan berita persepakbolaan khususnya yang menyoroti pejabat klub dan PSSI. Kasus pengaturan skornya adalah, kedua klub sama-sama melakukan kesengajaan untuk kalah dalam pertandingan. Mereka sama-sama melakukan gol bunuh diri sampai 5 kali gol. Alasanya, mereka enggan bertemu Borneo FC dengan kliam bahwa klub ini pernah disetting untuk juara.

Manajer Sriwijaya FC Akui Ada Upaya Pengaturan Skor

Siapa yang mau kalah dari pertandingan? Tidak ada. Tetapi, bagaimana bila ada yang mengatur untuk kalah dengan imbalan Rp400.000.000? Kasus seperti ini pernah dialami oleh Manajer Sriwijaya FC, Achmad Harris, dengan bayaran 400.000.000. Bagaimana bisa sebuah pertandingan ditawari kekalahan di saat prinsip pertandingan adalah merebut kemenangan? Tetapi itulah fakta yang sudah terjadi. Hanya saja, Achmad Harris tidak merespon permintaan oknum untuk menjadi pecundang, klub kalah demi uang.

PSSI Masih Belum Ambil Tindakan Nyata

Di dalam tubuh PSSI sendiri ada beberapa masalah. Di sisi luar, PSS menghadapi para mafia pengaturan skor yang belum diatasi dengan baik. PSSI masih menindak pelaku alias yang sudah dibayar untuk melakukan pengaturan skor. Untuk masalah otak pelaku atas mafia pengaturan skor, PSSI belum melakukan tindakan nyata. Bisa jadi, pelakunya adalah yang berurusan pada inti penting pertandingan yang mungkin mengancam pihak PSSI, entah lah.

• Share
• Tweet
• Share
• Pin
• Share

Dapatkan Berita Bola Terbaru. Masukkan Email Anda Di Bawah: